Sajak-Sajak patriotik Karya penyajak Tanahair
( Sesuai digunakan untuk pertandingan sajak Bulan Kebangsaan )
PAHLAWAN KEMERDEKAAN
(kepada pahlawan Pahang)
Pahlawan!
Jika hilangmu tanpa pusara
jika pusaramu tanpa nama
jika namamu tanpa bunga
penjajah mengatakan kau derhaka
maka kaulah pahlawan sebenarnya.
Gema seabad silam
Inggeris datang meredah Pahang
bersama peluru bersama senapang
membunuh menangkap setiap pejuang
Sungai Semnatan berubah merah
bukan sarap hilir ke kuala
bukan rakt mudik ke hulu
arus merahnya menjulang mayat
pahlawan bangsa pahlawan rakyat
tujuh liang dadanya tersayat.
Pahlawan!
Untukmu derita untukmu penjara
bukan bintang tersemat di dada
semangatmu api negara berdaulat
namamu terukir di jantung rakyat.
Pahlawan!
Jika hilangmu tanpa pusara
jika pusaramu tanpa nama
jika namamu tanpa bunga
penjajah mengatakan kau derhaka
maka kaulah pahlawan sebenarnya.
Gema seabad silam
Inggeris datang meredah Pahang
bersama peluru bersama senapang
membunuh menangkap setiap pejuang
Sungai Semnatan berubah merah
bukan sarap hilir ke kuala
bukan rakt mudik ke hulu
arus merahnya menjulang mayat
pahlawan bangsa pahlawan rakyat
tujuh liang dadanya tersayat.
Pahlawan!
Untukmu derita untukmu penjara
bukan bintang tersemat di dada
semangatmu api negara berdaulat
namamu terukir di jantung rakyat.
Tongkat Warrant
JIWA HAMBA
Menung seketika sunyi sejenak
kosong di jiwa tak berpenghuni
hidup terasa diperbudak-budak
hanya suara melambung tinggi
Berpusing roda, beralih masa
berbagai neka, hidup di bumi
selagi hidup berjiwa hamba
pasti tetap terjajah abadi
Kalau hidup ingin merdeka
takkan tercapai hanya berkata
tetapi cuba maju ke muka
melempar jauh jiwa hamba
Ingatan kembali sepatah kata
dari ucapan seorang pemuka
di atas robohan Kota Melaka
kita dirikan jiwa merdeka
Tongkat Warrant
1948
Menung seketika sunyi sejenak
kosong di jiwa tak berpenghuni
hidup terasa diperbudak-budak
hanya suara melambung tinggi
Berpusing roda, beralih masa
berbagai neka, hidup di bumi
selagi hidup berjiwa hamba
pasti tetap terjajah abadi
Kalau hidup ingin merdeka
takkan tercapai hanya berkata
tetapi cuba maju ke muka
melempar jauh jiwa hamba
Ingatan kembali sepatah kata
dari ucapan seorang pemuka
di atas robohan Kota Melaka
kita dirikan jiwa merdeka
Tongkat Warrant
1948
TANAHAIR
(menjelang kemerdekaan)
Engkau Tanah Air
pemilik perut yang berbudi
penampung hujan penyedut sinar mentari
lahirlah anakmu dari semaian petani
Engkau Ibu Murni
dengan jasa abadi
berdetik didenyut nafas kami
kerna kita satu sama dipunyai
Telah kau rasa
segala seperti kami
dalam ngeri perang dadamu dibongkar besi
di mana-mana wajahmu tak pernah mati
Tapi begitu
sejarah hidup zaman berzaman
pernah merangkul pahlawan kemerdekaan
mereka sujud dalam kaku
mohon perlindungan
Bukankah dengan
kasih dan harapan
kau tenggelamkan mereka dalam dakapan
di mana bunga ganti nisan bertaburan
Negara baru
di atas rongga jantungmu
akan tertegak bertapak dalam kebebasan
cinta antara kita wahyu dari Tuhan.
Tongkat Warrant
1956
Engkau Tanah Air
pemilik perut yang berbudi
penampung hujan penyedut sinar mentari
lahirlah anakmu dari semaian petani
Engkau Ibu Murni
dengan jasa abadi
berdetik didenyut nafas kami
kerna kita satu sama dipunyai
Telah kau rasa
segala seperti kami
dalam ngeri perang dadamu dibongkar besi
di mana-mana wajahmu tak pernah mati
Tapi begitu
sejarah hidup zaman berzaman
pernah merangkul pahlawan kemerdekaan
mereka sujud dalam kaku
mohon perlindungan
Bukankah dengan
kasih dan harapan
kau tenggelamkan mereka dalam dakapan
di mana bunga ganti nisan bertaburan
Negara baru
di atas rongga jantungmu
akan tertegak bertapak dalam kebebasan
cinta antara kita wahyu dari Tuhan.
Tongkat Warrant
1956
DAMAI
(Tanahairku dan Dunia)
Sisa hidup ini hendak kita pelihara
juga tanah, pohon dan buah-buah
juga tulang, daging dan darah
jangan suara jadi parau di musim kemarau.
Tapi tanah kami sudah kerecikan api
lama bermula, tidak hilang sampai kini
dan meski tawaran damai sudah diberi
orang masih tidak peduli!
Pohon getah dan tanah mengandung bijih
rebutan manusia daerah asing
kita gali kubur dan masuk berdiam di dalamnya!
Damai - seruan dan tawaran
damai - untuk tanahairku dan kemerdekaan
damai - untuk dunia dan kesejahteraan!
Usman Awang
Mastika, Ogos 1955.
(Tanahairku dan Dunia)
Sisa hidup ini hendak kita pelihara
juga tanah, pohon dan buah-buah
juga tulang, daging dan darah
jangan suara jadi parau di musim kemarau.
Tapi tanah kami sudah kerecikan api
lama bermula, tidak hilang sampai kini
dan meski tawaran damai sudah diberi
orang masih tidak peduli!
Pohon getah dan tanah mengandung bijih
rebutan manusia daerah asing
kita gali kubur dan masuk berdiam di dalamnya!
Damai - seruan dan tawaran
damai - untuk tanahairku dan kemerdekaan
damai - untuk dunia dan kesejahteraan!
Usman Awang
Mastika, Ogos 1955.
PADA TANAH YANG INDAH
Dalam mata yang bersih merayap cahaya jernih
aku sama menagih kemerdekaan kekasih,
dalam dada yang mesra tenang telaga cinta
aku janji setia membela tanah pusaka.
Kira ribut mendurja mengancam tanah yang indah
setapak tiada kurela untuk melutut kecewa,
biar peluru selaksa mendendam liar mangsanya
untuk kekasih pusaka hatiku tetap rela.
Dalam lari berlari berbaja kasih di hati
azam besi berumbi: melebur penjajah di bumi!
Dalam rindu berpadu, hitam dendam terpendam
aku terlalu merindu fajar cemerlang menjelang.
Hati ini seluruh kasihkan kekasih sepenuh
beri janji yang teguh hingga badanku luluh!
A. Samad Said
1956
aku sama menagih kemerdekaan kekasih,
dalam dada yang mesra tenang telaga cinta
aku janji setia membela tanah pusaka.
Kira ribut mendurja mengancam tanah yang indah
setapak tiada kurela untuk melutut kecewa,
biar peluru selaksa mendendam liar mangsanya
untuk kekasih pusaka hatiku tetap rela.
Dalam lari berlari berbaja kasih di hati
azam besi berumbi: melebur penjajah di bumi!
Dalam rindu berpadu, hitam dendam terpendam
aku terlalu merindu fajar cemerlang menjelang.
Hati ini seluruh kasihkan kekasih sepenuh
beri janji yang teguh hingga badanku luluh!
A. Samad Said
1956
PERTAMA DAN TERAKHIR
Jauh kita berjalan
mendukung semua kepercayaan
pertama dan terakhir
sekarang kita sampai
ke puncak tiada tercapai
keazaman pantang cair
Kita bersua hati
mengisi setiap janji
pertama dan terakhir
tiada hari kiranya
hingga bernanah dada
sumpah tiada termungkir
Gemuruh kita bersorak
bumi dan langit retak
pertama dan terakhir
berani kita bergerak
darah dan daging serentak
hingga ke saat akhir
padu kita berhasrat
hingga bumi kiamat
pertama dan terakhir
kuat jantung berdetak
untuk berpaling tidak
biar di gelegak air
Rela kita mengangkat
cita bangsa berdaulat
ke puncak murni berukir!
A. Samad Said
Mastika, April 1957
Jauh kita berjalan
mendukung semua kepercayaan
pertama dan terakhir
sekarang kita sampai
ke puncak tiada tercapai
keazaman pantang cair
Kita bersua hati
mengisi setiap janji
pertama dan terakhir
tiada hari kiranya
hingga bernanah dada
sumpah tiada termungkir
Gemuruh kita bersorak
bumi dan langit retak
pertama dan terakhir
berani kita bergerak
darah dan daging serentak
hingga ke saat akhir
padu kita berhasrat
hingga bumi kiamat
pertama dan terakhir
kuat jantung berdetak
untuk berpaling tidak
biar di gelegak air
Rela kita mengangkat
cita bangsa berdaulat
ke puncak murni berukir!
A. Samad Said
Mastika, April 1957
DI PENTAS KEBEBASAN
Kamu membakar hutan bandar
kedai dan kereta disambar api kemarahan
semarak darah generasi abad dua
puluh satu
siapa yang ditentang juga jelas
menegakkan keadilan dengan tangan kasar
meja rundingan pun turut dibakar.
Seorang tua termanggu melihat kejadian
peristiwa yang tidak terlintas di fikiran
apakah yang dicari wahai anak muda?
Aku yang membina tiang kemerdekaan
kau bersorak bangga mematahkan.
Aku yang mengecat tugu sejarah
putih bersih sedap mata memandang
kau conteng dengan niat hitam.
Jari terketar tak mampu menampar
tangannya letih hendak menangani
mereka yang bingung di pentas kebebasan
tercari-cari nama negeri bumi yang dipijak
sedangkan ladang sudah dibajak
benih sudah dipilih untuk disemai.
Orang tua itu berbisik sedih
aku membina kamu meruntuhkan.
KHADIJAH HASHIM
Taman Tun Dr Ismail, Kuala Lumpur
Kamu membakar hutan bandar
kedai dan kereta disambar api kemarahan
semarak darah generasi abad dua
puluh satu
siapa yang ditentang juga jelas
menegakkan keadilan dengan tangan kasar
meja rundingan pun turut dibakar.
Seorang tua termanggu melihat kejadian
peristiwa yang tidak terlintas di fikiran
apakah yang dicari wahai anak muda?
Aku yang membina tiang kemerdekaan
kau bersorak bangga mematahkan.
Aku yang mengecat tugu sejarah
putih bersih sedap mata memandang
kau conteng dengan niat hitam.
Jari terketar tak mampu menampar
tangannya letih hendak menangani
mereka yang bingung di pentas kebebasan
tercari-cari nama negeri bumi yang dipijak
sedangkan ladang sudah dibajak
benih sudah dipilih untuk disemai.
Orang tua itu berbisik sedih
aku membina kamu meruntuhkan.
KHADIJAH HASHIM
Taman Tun Dr Ismail, Kuala Lumpur
31 OGOS TIBA LAGI
Setiap kali tibamu Ogos
mengerling monumen yang lusuh dan tugu berdarah
dalam matang akal fikir
semangat dan kudrat masih berbaki
merisik khabar pejuang yang jauh
dalam lipatan darmawisata merdeka
mahalnya nostalgia.
Manis dan comelmu Ogos ini tiba jua
menyentak lolong makrifat membiak musim
ceriteranya berderai plotnya berkecai
mengirai skrip duga yang tak sudah
atas aspal fatamorgana bumi bertuah.
Ogos yang sujud di kaki merdeka
tanggal tiga puluh satumu tidak pernah hilang
tetap menyimpul senyum
meskipun termateri kenangan pahit
yang mahal dan cantik.
Hari ini mentari 31 Ogos memancar lagi
bersama gemersik angin di bumi bertuah
mendewasakan ukhuwah dan ummah
siap siaga warga berdaulat memahat sejarah
dalam tamadun bangsa yang gah.
Terima kasih pejuang tanah merdeka
terima kasih aduhai tanah airku Malaysia!
WAN ZAHARI WAN ALI,
SMK Saujana, Setiu, Terengganu.
Setiap kali tibamu Ogos
mengerling monumen yang lusuh dan tugu berdarah
dalam matang akal fikir
semangat dan kudrat masih berbaki
merisik khabar pejuang yang jauh
dalam lipatan darmawisata merdeka
mahalnya nostalgia.
Manis dan comelmu Ogos ini tiba jua
menyentak lolong makrifat membiak musim
ceriteranya berderai plotnya berkecai
mengirai skrip duga yang tak sudah
atas aspal fatamorgana bumi bertuah.
Ogos yang sujud di kaki merdeka
tanggal tiga puluh satumu tidak pernah hilang
tetap menyimpul senyum
meskipun termateri kenangan pahit
yang mahal dan cantik.
Hari ini mentari 31 Ogos memancar lagi
bersama gemersik angin di bumi bertuah
mendewasakan ukhuwah dan ummah
siap siaga warga berdaulat memahat sejarah
dalam tamadun bangsa yang gah.
Terima kasih pejuang tanah merdeka
terima kasih aduhai tanah airku Malaysia!
WAN ZAHARI WAN ALI,
SMK Saujana, Setiu, Terengganu.
KETAATAN DAN KEBERANIAN
Berjanjilah kami demi keberanian
melalui suara-suara hijaz
putaran kemerdekaan
menyusur sungai-sungai mati
kepada insan seikat masyarakat
yang telah bebas.
Dalam sejarah kepahitanmu
terselit larian aku anak kecil
dibentuk dalam kelas-kelas rendah
hingga ke kamar dewasa
jiwa ini digantung loceng mongel
lalu direntap-rentap
terbawa-bawa.
Titisan darah ibuku
pada papan cendana pejal
masih melekat di situ
di perigi yang telah terkambus
hanyir masih terbau
tembuni dalam diam berubah fosil
atas tanah yang merdeka.
Seperti selalu
berlarilah kami dengan sebuah bendera kecil
menyamai pemberian hadiah bapamu
kami menyebut MERDEKA!!!
MERDEKA!!! MERDEKA!!!!
NAFISA
Marang, Terengganu
Berjanjilah kami demi keberanian
melalui suara-suara hijaz
putaran kemerdekaan
menyusur sungai-sungai mati
kepada insan seikat masyarakat
yang telah bebas.
Dalam sejarah kepahitanmu
terselit larian aku anak kecil
dibentuk dalam kelas-kelas rendah
hingga ke kamar dewasa
jiwa ini digantung loceng mongel
lalu direntap-rentap
terbawa-bawa.
Titisan darah ibuku
pada papan cendana pejal
masih melekat di situ
di perigi yang telah terkambus
hanyir masih terbau
tembuni dalam diam berubah fosil
atas tanah yang merdeka.
Seperti selalu
berlarilah kami dengan sebuah bendera kecil
menyamai pemberian hadiah bapamu
kami menyebut MERDEKA!!!
MERDEKA!!! MERDEKA!!!!
NAFISA
Marang, Terengganu
HUJAN MERDEKA
Di langit Ogos
awan gembira mengkhabarkan
hujan merdeka turun lagi
untuk kesekian kalinya
membasahi bumi keramat ini
dinginnya merangkul perasaan nusa
syahdunya menyelimuti hati pembela
damainya bertakhta di tiap jiwa anak-anak bangsa.
Telah kutemui mutiara yang tersembunyi
dalam denai-denai usia yang menjanjikan kebahagiaan
kukecapi aroma pembangunan
kukucupi wangian pembebasan
dan telah kuwarnai kanvas jati diri
mengikut lakaran budaya dan potret bangsaku.
Hujan merdeka turun lagi
titisnya menjelajahi hati srikandi
pertiwi tersenyum menerimamu
memeluk janji yang termetarai
harapan yang terkota
teguh mengepung cinta.
Terima kasih, hujan merdeka
walau langit Ogos berlalu
titisnya membasahi sepanjang musim.
ZULKIFLI MOHD TOP
Universiti Malaya
Di langit Ogos
awan gembira mengkhabarkan
hujan merdeka turun lagi
untuk kesekian kalinya
membasahi bumi keramat ini
dinginnya merangkul perasaan nusa
syahdunya menyelimuti hati pembela
damainya bertakhta di tiap jiwa anak-anak bangsa.
Telah kutemui mutiara yang tersembunyi
dalam denai-denai usia yang menjanjikan kebahagiaan
kukecapi aroma pembangunan
kukucupi wangian pembebasan
dan telah kuwarnai kanvas jati diri
mengikut lakaran budaya dan potret bangsaku.
Hujan merdeka turun lagi
titisnya menjelajahi hati srikandi
pertiwi tersenyum menerimamu
memeluk janji yang termetarai
harapan yang terkota
teguh mengepung cinta.
Terima kasih, hujan merdeka
walau langit Ogos berlalu
titisnya membasahi sepanjang musim.
ZULKIFLI MOHD TOP
Universiti Malaya
POKOK BANGSA ITU ADALAH KITA
Anak merdeka alaf baru!
antara bunga mimpi dan tragedi
dalam membina generasi globalisasi
bukanlah semudah mencipta
cerita kosong di kedai kopi
atau membiarkan bangsa kita dijajah lagi.
Anak merdeka alaf baru!
tanamlah, semailah, bajailah
anak pribumi agar tumbuh menjulang tinggi
demi generasi dan agama
mentafsir wawasan membina jati diri
meraih akar dalam tunjang diri
menegak pepohon yang merendangkan
dedaun semangat.
Anak merdeka alaf baru
siramkanlah falsafah minda
jangan biarkan kering dan mati
kerana pokok bangsa itu adalah serumpun
kerana pokok bangsa itu
adalah kita yang merdeka.
AMYLIA HUSSAIN
Jambatan Merdeka, Sg. Petani
Anak merdeka alaf baru!
antara bunga mimpi dan tragedi
dalam membina generasi globalisasi
bukanlah semudah mencipta
cerita kosong di kedai kopi
atau membiarkan bangsa kita dijajah lagi.
Anak merdeka alaf baru!
tanamlah, semailah, bajailah
anak pribumi agar tumbuh menjulang tinggi
demi generasi dan agama
mentafsir wawasan membina jati diri
meraih akar dalam tunjang diri
menegak pepohon yang merendangkan
dedaun semangat.
Anak merdeka alaf baru
siramkanlah falsafah minda
jangan biarkan kering dan mati
kerana pokok bangsa itu adalah serumpun
kerana pokok bangsa itu
adalah kita yang merdeka.
AMYLIA HUSSAIN
Jambatan Merdeka, Sg. Petani
MALAYA PASTI MERDEKA
Keseluruhan dari keadaan dan kenyataan
keseluruhan dari kesanggupan dan kebenaran
keseluruhan dari kemungkinan dan kepastian
perpaduan - pendirian - pengorbanan dan perjuangan
-telah benar-benar membangunkan kepercayaan
-telah benar-benar menimbulkan harapan
"Bahawa kemerdekaan yang sekian lama kita perjuangkan
telah dekat - mendekati kita
telah tegas dan nyata
terbayang di hadapan mata
Malaya! Pasti merdeka".
Kita pasti merdeka!
Kita adalah manusia berbangsa dan bernegara!
Kita bukan boneka!
Kita pasti merdeka
di atas "hak pertuanan" kita
selaras dengan kemerdekaan di mana-mana
sebagai manusia-manusia lain yang berbangsa dan punya negara
Malaya pasti merdeka -
di atas keseluruhan - hak-hak kenegaraannya.
Affrini Adham
1956
Keseluruhan dari keadaan dan kenyataan
keseluruhan dari kesanggupan dan kebenaran
keseluruhan dari kemungkinan dan kepastian
perpaduan - pendirian - pengorbanan dan perjuangan
-telah benar-benar membangunkan kepercayaan
-telah benar-benar menimbulkan harapan
"Bahawa kemerdekaan yang sekian lama kita perjuangkan
telah dekat - mendekati kita
telah tegas dan nyata
terbayang di hadapan mata
Malaya! Pasti merdeka".
Kita pasti merdeka!
Kita adalah manusia berbangsa dan bernegara!
Kita bukan boneka!
Kita pasti merdeka
di atas "hak pertuanan" kita
selaras dengan kemerdekaan di mana-mana
sebagai manusia-manusia lain yang berbangsa dan punya negara
Malaya pasti merdeka -
di atas keseluruhan - hak-hak kenegaraannya.
Affrini Adham
1956
DI TELAPAK IBU
Ibu, bukakan rongga kalbu bonda
luangkan tempat bisikan anakanda
yang tetap bergelora dalam sukma
rasa tak kuasa menahan lama.
Masih terbayang ibu terikat
dirantai dibelenggu oleh si Barat
hendak membebaskan dah terniat
tapi, apakan daya tiada sempat.
Kedatangan perkasa suruhan Tuhan
ibu terbebas dari genggaman
beta melompatlah mara ke hadapan
dengan tujuan hendak berkorban.
Di telapak tangan ibu gerangan syurga
tapi hairan putera umpama beta
masih ada yang lengah dan terlupa
bahawa bondakan masih belum berdaya.
Dah datang masanya wahai putera
mengabdi menjunjung titah bonda
supaya dia jangan kecewa
menunggu kita setiap masa.
Kalau tak kita yang berusaha
ibu pertiwi tak akan jaya
dalam lingkungan Asia Raya
menuju kemakmuran bersama.
Thaharuddin Ahmad
Semangat Asia, Bil. 5, Mei 1943
Ibu, bukakan rongga kalbu bonda
luangkan tempat bisikan anakanda
yang tetap bergelora dalam sukma
rasa tak kuasa menahan lama.
Masih terbayang ibu terikat
dirantai dibelenggu oleh si Barat
hendak membebaskan dah terniat
tapi, apakan daya tiada sempat.
Kedatangan perkasa suruhan Tuhan
ibu terbebas dari genggaman
beta melompatlah mara ke hadapan
dengan tujuan hendak berkorban.
Di telapak tangan ibu gerangan syurga
tapi hairan putera umpama beta
masih ada yang lengah dan terlupa
bahawa bondakan masih belum berdaya.
Dah datang masanya wahai putera
mengabdi menjunjung titah bonda
supaya dia jangan kecewa
menunggu kita setiap masa.
Kalau tak kita yang berusaha
ibu pertiwi tak akan jaya
dalam lingkungan Asia Raya
menuju kemakmuran bersama.
Thaharuddin Ahmad
Semangat Asia, Bil. 5, Mei 1943
PINTAKU PADAMU
Kalau esok kasih kita 'kan hancur jua
usah ditaburi bumi ini dengan air mata
dunia bukan semata milik orang bercinta
hidup jua bukan semata untuk berlagu kecewa.
di bawah sinar mentari pagi demikian jernihnya
hayunkan gagah langkahmu sepenuh khidmat
usapi kesetiaan hati seluruh umat.
Kalau esok jua hidup dijenguk kematian
usah ditangisi sepinya tanah kelahiran
nyanyikan lagu perindu ke wajah Tuhan
tanda hatimusetia dalam usia pengembaraan.
tau-taulah di bintang satu
di hari hidup kita mengejar bahagia dalam sengsara
di hari mati kita mengira pahala dalam dosa.
Dharmawijaya
1963
Kalau esok kasih kita 'kan hancur jua
usah ditaburi bumi ini dengan air mata
dunia bukan semata milik orang bercinta
hidup jua bukan semata untuk berlagu kecewa.
di bawah sinar mentari pagi demikian jernihnya
hayunkan gagah langkahmu sepenuh khidmat
usapi kesetiaan hati seluruh umat.
Kalau esok jua hidup dijenguk kematian
usah ditangisi sepinya tanah kelahiran
nyanyikan lagu perindu ke wajah Tuhan
tanda hatimusetia dalam usia pengembaraan.
tau-taulah di bintang satu
di hari hidup kita mengejar bahagia dalam sengsara
di hari mati kita mengira pahala dalam dosa.
Dharmawijaya
1963
SUMPAH ANAK WATAN
Kawan
buat kesekian kalinya
kita titis air mata darah
kita hembus nafas panas api
bersama bulan bintang
ke gunung kita
ke hutan bersama
kita patah duri beracun
terlalu lama menusuk daging
dan kalian di hutan
ketagih pada kibaran bendera merah
ayuh! putar haluan
kembali ke pangkal jalan
anak peribumi
kira berdegilbatu hatinya
buat kesekian kali
kita titis air mata darah
kita hembus nafas panas api
kita bakar mereka
bersama
api yang mereka nyala sendiri
Adi Badiozaman Tuah
Tatau 73
Kawan
buat kesekian kalinya
kita titis air mata darah
kita hembus nafas panas api
bersama bulan bintang
ke gunung kita
ke hutan bersama
kita patah duri beracun
terlalu lama menusuk daging
dan kalian di hutan
ketagih pada kibaran bendera merah
ayuh! putar haluan
kembali ke pangkal jalan
anak peribumi
kira berdegilbatu hatinya
buat kesekian kali
kita titis air mata darah
kita hembus nafas panas api
kita bakar mereka
bersama
api yang mereka nyala sendiri
Adi Badiozaman Tuah
Tatau 73
DI SINI DI TANAH INI
Di bumi inilah
tiada lain
nasi dan lauknya
sawah ladang segenggam
menjadilah gegunung perak.
Bukankah tanah ini
sawah ladang ini
yang memberikan nafas
dan anak-anakmu yang menginjak
memamah lumat daging tulang
tanah sejengkal ini
kasihmu masih berbelah
hatimu di bumi lain
asing bagai ikan-ikan di gurun.
Mengucaplah mereka yang wajar mengucap
dengan dua bibir hatimu sendiri
di sinilah udara yang kau hirup
usahlah hembuskan kembali
dengan racun yang berbisa
membunuh pucuk yang baru bertunas
menginjak dahi para wali
yang kepadanya kauberikan kepercayaan.
Tiada kematian yang lebih nikmat
dari mengasihi tanah keramat ini
Zam Ismail
1975
Di bumi inilah
tiada lain
nasi dan lauknya
sawah ladang segenggam
menjadilah gegunung perak.
Bukankah tanah ini
sawah ladang ini
yang memberikan nafas
dan anak-anakmu yang menginjak
memamah lumat daging tulang
tanah sejengkal ini
kasihmu masih berbelah
hatimu di bumi lain
asing bagai ikan-ikan di gurun.
Mengucaplah mereka yang wajar mengucap
dengan dua bibir hatimu sendiri
di sinilah udara yang kau hirup
usahlah hembuskan kembali
dengan racun yang berbisa
membunuh pucuk yang baru bertunas
menginjak dahi para wali
yang kepadanya kauberikan kepercayaan.
Tiada kematian yang lebih nikmat
dari mengasihi tanah keramat ini
Zam Ismail
1975
TANYALAH DIRI
Tika melewati A Famosa
tergamit sejarah masa lalu
masa keris dan berdaulatan
tak dapat membenteng kemaraan
orang-orang Portugis
dengan kepala ilmu baru
menghujani kota Melaka dengan peluru
dan memaksa sultan lari ke hulu.
Tahun 1511 telah mengajar kita
hulubalang berilmu kebal
tak dapat membendung perpaduan
semangat keperwiraan yang kental
dicairkan oleh pemimpin
yang gelap mata dan fikir
fitnah dan rasuah
sudah terasuk jiwa
sedang Tuah dihukum bunuh
dan Jebat lebih sedia mabukkan darah
hampir 500 tahun sudah berlalu
Portugis, Belanda dan Inggeris
tidak betah lagi bermain untung
tentang gold, gospel dan glory
Melaka sudah lebih 30 tahun mengenal
nilai kemerdekaan.
Akan bangkitkah semangat Tuah
akan terbelakah setiakawan Jebat
atau akan datang lagi
ilmu yang lebih baru
untuk merundukkan rantau
yang cintakan keamanan?
Tanyalah diri
tanyalah hati
sebelum kita dikalahkan lagi!
Maarof Saad
Bandar Hilir, 25 Disember
Tika melewati A Famosa
tergamit sejarah masa lalu
masa keris dan berdaulatan
tak dapat membenteng kemaraan
orang-orang Portugis
dengan kepala ilmu baru
menghujani kota Melaka dengan peluru
dan memaksa sultan lari ke hulu.
Tahun 1511 telah mengajar kita
hulubalang berilmu kebal
tak dapat membendung perpaduan
semangat keperwiraan yang kental
dicairkan oleh pemimpin
yang gelap mata dan fikir
fitnah dan rasuah
sudah terasuk jiwa
sedang Tuah dihukum bunuh
dan Jebat lebih sedia mabukkan darah
hampir 500 tahun sudah berlalu
Portugis, Belanda dan Inggeris
tidak betah lagi bermain untung
tentang gold, gospel dan glory
Melaka sudah lebih 30 tahun mengenal
nilai kemerdekaan.
Akan bangkitkah semangat Tuah
akan terbelakah setiakawan Jebat
atau akan datang lagi
ilmu yang lebih baru
untuk merundukkan rantau
yang cintakan keamanan?
Tanyalah diri
tanyalah hati
sebelum kita dikalahkan lagi!
Maarof Saad
Bandar Hilir, 25 Disember
2 comments:
Antologi Puisi Kemerdekaan ini dah ada di google play store. Peminat puisi boleh download di sini. Free.
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.newandromo.dev373448.app646944
Antologi Puisi Kemerdekaan ini dah ada di google play store. Peminat puisi boleh download di sini. Free.
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.newandromo.dev373448.app646944
Post a Comment